Senin, Mei 11, 2009

Ketika Keyakinan itu Datang

Ketika mulai mengabarkan berita pernikahanku kepada kalangan-kalangan dekat.. timbul pertanyaan yang berulang dan setipe dari mereka.. (bayangin hanya dalam jangka waktu 2 hari ku harus mempersiapkan diri tuk menjadi seorang istri setelah melalui masa ta’aruf kurang lebih 1 bulan ( suamiku datang tgl. 18 januari 2009 trus tgl. 20 januari 2009 pernikahan kami dilangsungkan. alhamdulillah. doain yakkk.... ) ..... harus sms kesana kemari, harus telpon keluarga dikalimantan... dadakan banget... )

Pertanyaan yang dulu juga kutanyakan kepada teman-teman dekatku yang menikah..

Selain pertanyaan mereka berupa “sama siapa?”, yang kujawab dengan “bukannya ga mau ngasih tau, tapi lihat nanti aja ya…..

pertanyaan yang juga tipikal adalah :” “ Bagaimana kamu bisa yakin bahwa dialah orang yang tepat?”

Hmmh.. pertanyaan yang berat-berat-gampang untuk dijawab.tapi kukira pertanyaan ini wajar karena proses ta’aruf sampai ke pernikahan dengan suamiku ini hanya berlangsung kurang lebih 1 bulan. dan hanya bertemu 1 kali trus menikah deh....

Berhubung banyak perempuan, termasuk aku dulu juga pernah bertanya-tanya tentang hal ini, maka aku pikir ga ada salahnya aku berbagi tentang proses ‘keyakinan’ ini.

Entah kebetulan, entah disengaja, pada saat ini aku berkeyakinan bahwa dia-lah satu-satunya pria yang paling tepat untuk jadi pendamping hidupku. (Ini kalo di film komedi-romantis, pasti udah ada backsound “Owh.. so swiiit..” hehe )

Pertama, indikator keyakinan ini sangatlah mudah.. My heart tells me so.. radar keyakinan berupa kemantapan saat pertama kali pertemuan kami. keyakinan didalam hati bahwa inilah mujahid yang dipilihkan Allah tuk menjadi imamku nanti. sehingga tiada keraguan sedikitpun dihatiku tuk mengatakan "iya" memilihnya

Poin kedua, kesolihan. Banyak sekali pria-pria baik, tampan, pinter, tajir yang kukenal.. tapi yang soleh? Banyak juga sih.. hehe, ya Alhamdulillaah sebagian lingkungan pergaulanku orang-orang yang suka ngaji, suka sholat, suka da’wah, suka mematuhi orang tua, pimpinan, de el el..

Tapi kadang saking sholehnya (sholeh dalam pandangan ku sebagai manusia yang dhoif. Dan moga2 sholeh juga dihadapan Allah . amin ) aku malah jadi nyuruh diriku untuk “ngaca”, sepertinya aku kurang sepadan deh ama mereka.. aku kan masih pecicilan gini, masih jauh dari profil akhwat solihah rahimakumullah, ngeliat lembar mutaba’ah yaumiyah cuma bisa geleng-geleng kepala sambil nyengir miris... jadi sudah jelas kan sodara2, ainul mardhiyah ini minder dengan pria-pria yang tampak sangat soleh…

Tapi kan aku masih pengen dapet suami yang soleh.. Emang ga boleh berharap punya suami yang bisa ngebenerin langkahku yang amburadul ini, sayang sama anak-anakku kelak, dan SIAGA (Siap Antar Jaga-alias nyupirin, halaah..). Prinsipnya berarti mencari laki-laki yang tidak egois, solehnya ga Cuma untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk yang lain..

Hingga akhirnya aku men-set profil/ kriteria calon suamiku harusla soleh yang ga ketawan solehnya.. (nah lho??), dia haruslah memahami dien ini sebagai agama yang manusiawi, agama yang rahmat, agama yang applicable to all aspects.. dia ga harus ketahuan jungkir balik ,tapi cukup ketahuan kalo dia istiqomah, memahami agama dengan cara memahami yang tepat (ga liberal, ga asal-asalan, berpedoman terhadap Al-Qur’an dan As-Sunah) dan membela agama ini apapun yang terjadi. Seperti mengengam bara api… walau panas dia tak boleh melepaskannya… seperti lilin yang siap menerangi siapa saja walaupun harus terbakar abis tidak seperti lampu pijar yang bisa di on atau dioff kan kapan saja oleh siapa saja . hmmm

Sekarang lihat dia, jenggot ga ada, jidat ga item, celana ga nyungkring.. di friendsternya malah Cuma ada foto presiden sukarno ….. apa dia penggemar presiden sukarno yak…. Nah ini belum sempat kutanyakan padanya sampai saat ini …… (ampun deh DJ..) tapi aku cukup terkesima lah ketika di beberapa kesempatan secara ga langsung beliau mengajarkan aku bahwa setiap langkah dalam hidup itu jangan di-sia2kan.. bahasa betawinya, dia ga banyak bacot.. bahasa sundanya naon nya’ hmmmm …… tapi kegelisahannya terasa jika ummat manusia di sekitarnya melenceng. insyaALLAH aku merasa sering diingatkan untuk sering ‘lihat ke bawah’. Aku bersyukur ada seseorang yang secara ga langsung mengingatkanku, bahwa segala sesuatu yang kita miliki ini sebenernya bukan milik kita dan ada hak-hak orang lain terhadap harta yang dititipkan-NYA kepada kita . Makasih ya mujahidku…. .. be like that terus dan terus… (eh lupa.. suamiku ini kukenal melalaui dunia maya ini hmm.. tepatnya melalui cyber MQ ini... )

Ketiga, Karakter. Dia sederhana namun unik—juga tidak narsis. Hmm… eh sedikit narsis ketang Sederhana dia tuh gimana ya.. ngga nganeh2 lah, lifestyle-nya gitu2 aja, tapi seleranya ga norak.. ga kampungan.. ...

Trus.. ulet.. . sabar..... Itu juga yang buat aku yaqin. (tau darimana hayooo... kan belum pernah ketemu ? hmm.. ini kuketahui dari cerita dia ke ayahku ketika kami melalui proses ta’aruf . hus.. hus.. jangan suudzon dulu yak.. maksudnya suamiku ini waktu masa ta’aruf berkomunikasi dengan ayahku by phone gitu... ) suamiku ini bukanlah dari keturunan orang kaya..... , buat apa sih nikah sama cowo tajir 7 turunan kalo cowo itu males dan Cuma bisa gaya dengan mobil-rumah-dan apalah itu yang milik orang tuanya. Ama dia ini, aku yakin, walopun mungkin-siapa-tau-tapi-semoga-jangan-sampe-terjadi kami kekurangan secara ekonomi (baca: jatuh miskin dan ga bisa online ), setidaknya kami punya harga diri. Karena dia selalu memastikan rejeki yang masuk ke perutnya itu halaal (berarti dia juga punya standar kualitas tinggi akan kehalalan rejeki yang masuk ke pintu rumah keluarga kami), maksudnya dia pasti memperoleh rejeki dengan cara yang jujur (kerjanya halaal, prosesnya halaal, ga menjilat, dsj), oalaah calon suamiku ini.. (eh sekarang udah jadi suamiku. Alhamdulillah ) semoga kau bisa membawaku ke syurga... ‘amiin..

Romantis? Kayaknya suamiku ini ga romantis deh malah cenderung kurang peka…. Tapi Ada bakat juga sih.. tapi tauk deh, semoga romantisnya tepat sasaran.. (maksudd??). yah, yang penting ada bakat romantis, itu mah udah cukup bagi semua perempuan. Cerdas? Damn sure.. gaull? Ya secara wawasan, tapi nggak gaul di gaya.. hehe, tapi nyambung lah hmmm

Lembut? Ya, kalo lagi ga kumat rese’nya sih lembut. Penyayang? InsyaALLAH.. kebayangnya sih nanti dia ini bakal deket banget ama anak2nya..’amiin.

yuk kita intip point ke - 4 .................

Poin ke-4, beliau punya banyak sekali kekurangan. (seperti diriku yang juga banyak kekurangan..... bahkan sangat banyak.. sehingga pertama kali memutuskan ya.. ada rasa takut ... takut diri ini mengecewakan dia.... tapi keyakinan akan pilihan yang telah Allah berikan membuat diri ini berani tuk menatap tegak bahwa dibalik kekurangan pasti ada kelebihan.. semangattt.... !!!) Ffffiuuuhhh.. syukurlah, berarti aku memang menikahi seorang manusia ya. Kekurangan-kekurangan dia pun aku pelajari satu-satu. Sejauh ini ( 2 bulan lebih pernikahan kami) kekurangan-kekurangan itu (baik keukrangan dari pihak suami maupun kekurangan dari diriku dan lebih banyak masalah ditimbulkan dari kekurangan yang datang dari diriku ) cukup sering membuat konflik dan menimbulkan kesal. Dia orangnya tsiqoh banget ama diriku sehingga tiada kekhawatiran dalam dirinya padaku karena katanya : ku yakin Allah akan menjaga istriku... " (halah halah.. so sweat.... tapi kadang nyebelin ) sedangkan aku super terbuka (baca: ember_red). Dia sedikit cool , tapi ramah , ga mau basa-basi lah, en the bre en the bre..

Alhamdulillaah so far, kekurangan2nya dan perbedaan2 itu tidak terlalu prinsipil. Aku yakini itu bisa jadi pelengkap dinamika hidup berumah tangga kami. Aku anggap memang itu paketannya.. justru dia terlihat sempurna sebagai manusia karena dia memiliki kelemahan-kelemahan itu..
uhhibuka filla wal lillah mas.....

bukankah kita hidup didunia ini bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai , tapi kita mencintai seorang yang tak sempurna dengan cara yang sempurna ….

Yang penting, aku menerimanya sepenuh hati. Semoga begitu juga yang ada dalam hatinya terhadap diriku.. ada masa dimana cinta ini mungkin akan meluntur di kemudian tahun, harapannya sih tidak, semoga cinta ini selalu terawat, hingga jadi berlebih sehingga kami harus membaginya ke kaum dhuafa, kepada manusia-manusia yang masih kegelapan dalam jalan hidupnya.

Ini sebuah mimpi besar, ekspektasi yang juga besar..

Ada kalanya ragu dan takut ini muncul,

Karena sadar diri ini lemah dan kurang adanya, tapi bermimpi melampaui jangkauan semestinya,

Semoga inilah rumah tangga da’wahku yang pertama dan tidak akan pernah berakhir hingga di syurga..
Pernikahan kami adalah kenangan terindah yang tak bisa ku lupakan. kesederhaan yang dia tawarkan , kehidupan yang penuh tantangan , kehidupan sebenarnya yang harus kami lalui di jalan Dakwah. Dijalan Dakwah kami menikah, dan dialah yang kupilih menjadi suamiku atas ijin Allah karena dia adalah penumbuh benih benih dakwah.

So for everybody who reads this, ketika anda-anda semua membaca tulisan ini lihatlah bahwa kami sangat bersyukur atas karunia pernikahan ini. Mungkin dimata kalian semua dia bukanlah siapa2 tapi dimataku dalam hatiku dia adalah sangat sangat luar biasa. Karena dia suamiku. Dialah Qowwamku……..
Suamiku….. jangan pernah berhenti mencintai istrimu yang manja ini…. Teruslah tuntun dan bimbing diriku tuk menjadi pengantin dan pendampingmu disyurga ……. Amin.
Suamiku… kuingin beranjak tua bersamamu … atas ijin Allah…..