Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Kamis, April 02, 2009

Pacaran dalam Islam

Pacaran itu diidentifikasi sebagai suatu tali kasih sayang yang terjalin atas dasar saling menyukai antara lawan jenis.
Sebelum menjelaskan pandangan Islam mengenai pacaran, perlu dijelaskan bahwa ada tiga kemungkinan pacaran yang dimaksudkan, yaitu:
  1. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, dan melakukan kontak jasmani berupa ciuman atau semacamnya.
  2. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, dalam hubungan itu mereka sering berduaan, namun tetap menjaga agar tidak terjadi kontak badan, seperti ciuman dan semacamnya.
  3. Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrim, tetapi selalu menjaga agar mereka tidak berduaan apalagi melakukan kontak badan dalam bentuk apapun.
Pacaran dalam bentuk 1 dan 2 dilaksanakan sebagai perbuatan yang mendekati perbuatan zina. Dalam pandangan Islam bentuk ketiga dikenal dengan istilah Ta’aruf. Dalam Islam proses yang benar untuk mencapai pernikahan adalah :
Ta’aruf → Khitbah → Nikah

Betulkah di dalam Islam ada yang namanya pacaran ?
Islam menghalalkan pernikahan, bahkan dinyatakan sebagai sunnah. Akan tetapi Islam melarang keras perzinahan. Bukan hanya perzinahan, akan tetapi yang mendekati perzinahan pun dilarang oleh Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat al-Isra:32. “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.

Aturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan adiknya yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya untuk tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya), semisal bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat wajah adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour keliling dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan yang terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya dalam pernikahan.

Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan), larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram.

“Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya …’. (An-Nur: 30–31).

Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, ‘Palingkanlah pandanganmu itu!” (HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).

Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, “Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Al-Hakim meriwayatkan, “Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya.”

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.

Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah berfirman yang artinya, ‘Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis yang sangat beracun, maka siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku, maka Aku menggantikannya dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.”

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, “Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.”

Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa’ifdz bahwa dia berkata, “Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa’idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, ‘Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?’ Dia menjawab, ‘Pernah pada suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, ‘Wahai Habib?’ Aku menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.’ Allah berfirman, ‘Lewatlah Kamu di atas neraka.’ Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, ‘Aduh (karena sakitnya).’ Maka. Dia memanggilku, ‘Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).”

Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.

“Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, ‘Apa ini?’ Kedua orang itu berkata, ‘Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan zina.” (hadits riwayat Bukhari dan Muslim).

Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, “Barang siapa yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.”

‘Atha’ al-Khurasaniy berkata, “Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya.”

Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi Thalib mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka, “Apakah kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya’nuhu?” Mereka berkata, “Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji di sisi Allah.” Ali r.a. berkata, “Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.” Kemudian, Ali r.a. berkata lagi, “Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah aroma bisuk pada hari kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang buruk merasa tersiksa dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan suaranya kepada semua manusia, “Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah menyiksa penciuman kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak mengetahuinya. Hanya saja yang paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-masing orang dari kita.” Lantas suara itu kembali terdengar, “Sesungguhnya itu adalah aroma alat kelamin para pezina yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat bertobat dari dosa tersebut.”

Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan orang yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan dan gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja.

Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.

“Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).

Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah menolong kita, amin.
Jika kita ingin mengetahui sifat calon pasangan tidaklah harus dengan pacaran hal itu bias tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang mahram. Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang hendak dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan untuk melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa di kemudian hari.

“Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian yang dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.(HR Abu Daud).
Perbedaan Taaruf dengan Pacaran adalah Sebagai Berikut :

Tujuan ?
  • Taaruf (T) : Mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan
  • Pacaran (P) : Mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur syukur bisa nikah.....

Kapan dimulai ?

  • T : Saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan dan sudah siap secara fisik, mental dan insya Allah materi
  • P : Saat sudah diledek sama teman " Koq masih jomblo ?" atau saat butuh temen curhat.
Waktu
  • T : Sesuai dengan adab bertamu
  • P : Pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa , dini hari kalau ngga ada yang komplain juga ngga apa2

Tempat Pertemuan

  • T : Dirumah sang calon, balai pertemuan, musholla, masjid
  • P : dirumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata, kendaraan umum & pribadi, pabrik, taman.

Frekuensi pertemuan

  • T : lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati
  • P : lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu kalo bisa tiap hari. alhamdulillah......
Lama pertemuan
  • T : sesuai dengan adab bertamu
  • P : Selama belum ada yang komplain, lanjut mang !

Materi pertemuan

  • T : Kondisi pribadi, keluarga, harapan serta keinginan dimasa depan
  • P : Cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur ngidul ketawa ketiwi....

Jumlah yang hadir

  • T : Minimal calon lelaki, calon perempuan
  • P : Calon lelaki dan calon perempuan saja (berdua), kalo rame rame bukan pacaran tapi rombongan

Biaya

  • T : Secukupnya dalam rangka menghormati tamu (sesuai adab tamu)
  • P : kalau ada biaya : ngapel, kalau ngga ada absen dulu atau cari pinjeman, terus tempat pertemuannya dirumah aja kali ya ? tapi gengsi dong pacaran dirumah doang ?? Apa kata doi coba ??

Lamanya

  • T : Ketika sudah tidak ada lagi keraguan dikedua belah pihak, lebih cepat lebih baik dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan) apalagi yang ditunggu tunggu ?
  • P : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun bahkan mungkin 10 tahun

Saat tidak ada kecocokan saat proses

  • T : Salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan dan proses stop dengan menyebut alasannya
  • Salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan dan proses stop dengan/tanpa menyebut alasannya

Etika pergaulan dalam Islam adalah, khususnya antara lelaki dan perempuan garis besarnya adalah sebagai berikut :

  • Saling menjaga pandangan di antara laki-laki dan wanita, tidak boleh melihat aurat , tidak boleh memandang dengan nafsu dan tidak boleh melihat lawan jenis melebihi apa yang dibutuhkan. (An-Nur : 30-31)
  • Sang wanita wajib memakai pakaian yang sesuai dengan syariat, yaitu pakaian yang menutupi aurat (An-Nur : 31)
  • Hendaknya bagi wanita untuk selalu menggunakan adab yang islami ketika bermuamalah dengan lelaki, seperti:
  • Di waktu mengobrol hendaknya ia menjauhi perkataan yang merayu dan menggoda
  • Di waktu berjalan hendaknya wanita jangan menggoda orang yang melihat
  • Tidak diperbolehkan adanya pertemuan lelaki dan perempuan tanpa disertai dengan muhrim.
  • Termasuk di sini suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena yang ketiga adalah setan. Seperti sabda nabi: "Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat (berduaan di tempat sepi), sebab setan menemaninya, janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya." (HR. Bukhari & Muslim).

Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah menolong kita, amin.

Harus di sadari oleh kita semua semua bahwa Memiliki Rasa Cinta Adalah Fitrah dari Allah SWT, namun jangan sampai kita mengumbar rasa cinta kita dengan seenaknya saja.

Pokoknya aktivitas pacaran itu dekat banget dengan zina. So....kesimpulannya Pacaran itu haram hukumnya, and kagak ada legitimasi Islam buatnya, adapun beribu atau berjuta alasan tetep aja pacaran itu haram. Sedangkan yang dibolehkan adalah Ta’aruf. Wallahu a’lam bisshawab.

** mohon maaf jika ada pihak2 yang tidak berkenan atas kehadiran artikel ini.

Jumat, Agustus 22, 2008

CINTA....


Kenapa kita menutup mata ketika kita menangis? Ketika kita tidur? Ketika kita membayangkan ?

Karena hal terindah di dunia tidaklah terlihat. Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan CinTa...

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi melepaskan bukan akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru.

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah dan tengah mencari dan mereka yang telah mencoba. Karena merekalah yang bisa menghargai betapa penting orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.


CinTa yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikan airmata dan masih peduli terhadapnya.

Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia. (halah segitunya... hihi)

Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata aku turut berbahagia untukmu..... (iya gitu.. yang ada mah nangis kale sambil guling guling.... hihihihihi....)

Apabila CinTa tidak bertemu, bebaskan dirimu, biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.

kamu mungkin menyadari bahwa kamu menemukan CinTa dan kehilangannya. Tetapi ketika CinTa itu mati...kamu tidak perlu mati bersama CinTa itu. Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginannya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh..... (sip lah satujuuuuuuu ........)

Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan, kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada. CinTa-mu akan tetap ada dihatinya sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang telah kamu buat....... (ooo.. so sweeet .....)

Teman sejati mengerti ketika kamu berkata "aku lupa".

Menunggu selamanya ketika kamu berkata "tunggu sebentar".

Tetap tinggal ketika kamu berkata tinggalkan aku sendiri dan...membuka pintu sebelum kamu mengetuk dan berkata "bolehkah aku masuk?"

Mencintai juga bukanlah bagaimana kamu melupakan dia jika dia berbuat salah, melainkan bagaimana kamu memaafkan.

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengerti.

Bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasa.

Bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu bertahan.

Lebih menyakitkan menangis dalam hati daripada menangis tersedu atau mengadu. Airmata yang keluar dapat dihapus, sementara airmata yang tersembunyi menggoreskan luka di hatimu Yang Tidak Akan Pernah Hilang. (waduh kok sampai bisa begitu cih.... hiks)

Sayang dalam CinTa, kita sangat jarang peduli. tetapi ketika CinTa itu tulus, meskipun kamu acuhkan CinTa tetap mulia dan kamu harusnya bahagia.

Hatimu dapat mencintai seseorang yang kamu sayang. Mungkin akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang. Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskan.

Namun bila kamu benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia. Bila dia tidak membalasmu, barangkali dia tengah ragu dan mencari. Jangan percaya bahwa melepaskan berarti kamu benar-benar mencintai tanpa suatu balasan. Mengapa tak berjuang demi CinTa-mu??? Mungkin itulah CinTa Sejati-mu. (cinta sejati adakah ...?? cinta sejati bukanlah cinta kepada sesama makhluk tapi cinta sejati adalah cinta yang kita tujukan pada Sang Pencipta Cinta... setuju gaaaaaaaaaaa.................. ????)

Kadang kala orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah mengatakan CinTa kepadamu, karena dia takut kamu berpaling dan memberi jarak. Dan bila suatu saat dia pergi kamu akan menyadari ia adalah CinTa yang tidak kamu sadari. Maka mengapa kamu tak mengungkapkan CinTa-mu. Bila kamu memang mencintainya meskipun kamu tak tau apakah CinTa itu ada juga padanya? ... *****

renungan :

hmmm... ya rasa itu baru kita sadari ketika dia pergi ..... tapi yakinlah Cinta Allah tidak akan pergi dan menjauh dari kita.... cinta Sejati bukan cinta kepada sesama Makhluk tapi cinta Sejati adalah cinta kepada Sang Pencipta Cinta..... cinta itu akan tetap abadi bersemayam didalam hati...menempati ruang tersendiri dihati..... tidak akan menangis perih kecuali menangis rindu akan keabadian cinta yang suci..... :)

aku ragu akan ada dan tiadaku

tapi cinta membacakan maklumatnya

bahwa ternyata aku ada ! ....

*****sumber : dari salah satu artikel di link


Kamis, Agustus 21, 2008

AGENDA MUSLIMAH

Ukhti muslimah sekalian,....perlu sekali bagi akhwat memiliki agenda kegiatan yang berhubungan dengan amal shalih sehari-hari sebagai pengingat dan renungan tentang apa saja yang telah kita lakukan dan apa yang belum bisa kita lakukan, agar hati kita dipacu untuk selalu 'hidup' mengingat-Nya....sehingga apabila hati ini lalai (dan memang sering terjadi demikian) maka kita akan menyadarinya karena sesungguhnya bila hati ini 'sakit' maka akan beratlah anggota tubuh yang lain untuk melaksanakan ketaatan.
Saudariku...
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka saya cuplikan sedikit risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini ke hadapan Anda untuk direnungkan dan dijawab dengan perbuatan.

Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja saya cuplik ke hadapan saudariku dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil manfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.

Kehidupan Sehari-hari Yang Islami :

1..Apakah Anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu?

2..Apakah Anda hari ini membaca Al-Qur'an ?

3. Apakah Anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib ?

4. Apakah Anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib ?

5. Apakah Anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang Anda baca

6.Apakah Anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur ?

7. Apakah Anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya ?

8. Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan Anda ke dalam Surga ? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata : ''Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga''.

9. Apakah Anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali ? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata : ''Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka''. (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya : ''Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata : ''Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata : ''Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka''. (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).

10. Apakah Anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ?

11. Apakah Anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik ?

12. Apakah Anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau ?

13. Apakah Anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala ?

14. Apakah Anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari ?

15. Apakah Anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pent) ?

16. Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid ? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya : ''Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur''. (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).

17.Apakah Anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati Anda atas agama-Nya ?

18.Apakah Anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab ?

19.Apakah Anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama ? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar -pent).

20.Apakah Anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah ? Karena setiap mendo'akan mereka Anda akan mendapat kebajikan pula.

21.Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya -pent) atas nikmat Islam ?

22.Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya ?

23.Apakah Anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya ?

24.Apakah Anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja ?

25.Apakah Anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri ?

26.Apakah Anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala ?

27.Apakah Anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri Anda ?

28.Apakah Anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua ?

29.Apakah Anda mengucapkan ''Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun'' jika mendapatkan musibah ?

30.Apakah Anda hari ini mengucapkan do'a ini : ''Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui''. Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).

31.Apakah Anda berbuat baik kepada tetangga ?

32.Apakah Anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki ?

33.Apakah Anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya ?

34.Apakah Anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian ?

35.Apakah Anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan ?

Saudariku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, insya Allah.

Maraji : Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh Fariq Gasim Anuz