Senin, Januari 12, 2009

Mengenal komplek al-aqsha


Sumber : www.aqshaworkinggroup / Nisa

“Sungguh aku tidak bisa melepaskan bumi Palestina walau hanya sejengkal. Bumi itu bukan milikku, melainkan milik umat Islam. Bangsaku telah berjihad dalam mempertahankan bumi tersebut dan telah menyiraminya dengan darah-darah mereka. Lalu Yahudi itu meminta untuk orang-orang mereka, dan jika negara Khilafah suatu hari hancur, maka sungguh mereka pada saat itu akan dapat mengambil Palestina secara cuma-cuma. Namun, selama aku masih hidup, tertanamnya pisau bedah pada tubuhku lebih ringan bagiku daripada menyaksikan Palestina terlepas dari Negara Khilafah, dan hal itu tidak akan pernah terjadi. Sungguh aku tidak akan setuju untuk mencabik-cabik tubuh kita sendiri, padahal kita masih hidup.

Khalifah Abdul Malik Ibn Marwan

Ribuan tahun silam, tepatnya pada 15 H/ 636 M, Uskup Agung Severinus memohon kehadiran Khalifah Umar bin Khathab ke bumi Palestina untuk menyepakati perjanjian damai yang masyhur, yakni Perjanjian Umariyah di daerah Jabiyah.

Sejak itu penguasaan kota suci Al-Quds (Yerussalem) berada di tangan kaum muslimin hingga berabad-abad lamanya. Toleransi bukan sekedar teori. Atmosfernya menyebar ke segenap pelosok negeri dan ruang batin penghuninya. Saat hendak membangun masjid, Umar tidak serta-merta merobohkan gereja-gereja yang ada. Beliau mengukur jarak sekitar 200 kaki, lalu membangun masjid. Ratusan gereja yang sudah berdiri saat itu dipertahankan dan dilindungi eksistensinya oleh kaum muslimin. Orang Kristen diperlakukan dengan baik sesuai syari’at Islam. Sebelum tutup usia, Khalifah Umar bin Khathab mewakafkan Al-Aqsha bagi umat Islam agar tidak jatuh ke tangan Yahudi. Karena itu, sebagai pemilik sah kompleks Masjid Al-Aqsha, umat Islam harus mengenal lebih dekat soal batas teritori dan cakupan wilayah Masjid Al-Aqsha, serta situs-situs suci yang berada di dalamnya.

Bentuk Fisik Kompleks Al-Aqsha

Atas izin dan kasih sayang Allah SWT, seruan pembebasan Al-Aqsha kian lantang menggema di seantero dunia. Pihak-pihak yang concern atas kelangsungan negeri para Nabi dan Masjid suci ketiga milik umat Islam kian kencang mengepakkan sayapnya dan menebarkan benih-benih kemafhuman pada sanubari umat manusia.

Menanggapi sinyal tersebut, Zionis Israel tak kalah jeli. Bentuk fisik Masjid Al-Aqsha disamarkan oleh bangunan megah bersalutkan kubah emas (Dome of The Rock). Selain itu, berkembang pula opini yang menghinggapi pemikiran mayoritas umat Islam saat ini, bahwa Al-Aqsha –situs suci umat Islam yeng tengah didera ekskavasi dan pengrusakan besar-besaran oleh Israel– merupakan bangunan berkubah hijau yang membumikan kewibawaannya di sudut tebing barat daya, agak ke selatan. Padahal faktanya tidak demikian. Al-Aqsha Haqquna mencakup seluruh pelataran yang mewadahi bangunan-bangunan yang berdiri di atasnya. Tidak hanya satu sisi atau satu bangunan tertentu.

Al-Aqsha dan Al-Quds adalah satu kesatuan. Al-Quds meliputi seluruh tembok yang mengelilingi kompleks Masjid Al-Aqsha serta daerah pemukiman empat golongan (Muslim, Yahudi, Nasrani, dan Armenia) yang hidup rukun dan berdampingan sejak dulu. Luas kompleks Al Aqsha + 14 hektar atau 1/6 dari seluruh area yang dikelilingi tembok kota tua Al-Quds yang berdiri saat ini. Kompleks Al-Aqsha dikenal juga sebagai Al Haram El Sharif atau oleh yahudi disebut Kuil Sulaiman. dapat menampung sekitar 400.000 jamaah (Masjid Al-Aqsa menampung sekitar 5.000 jamaah, selebihnya sholat di kompleks yang berarea terbuka). Ketika Ramadhan, setengah juta umat Islam memadati Al-Aqsha. Semua tempat yang ada di kompleks Al-Aqsha Penuh.

Di dalamnya berdiri 45 situs bersejarah dan tempat suci bagi kaum Muslimin. Setidaknya ada lima bangunan masjid. Bangunan utama, tentu saja Masjid Al Aqsha, lalu Qubbah As-Shakhrah, kemudian Masjid Umar dan Mushala Al-Marwani. Delapan pintu gerbang yang mengelilingi Masjid Al-Aqsha memungkinkan setiap jamaah masuk dari berbagai arah. Empat menara menjulang di keempat sudut kompleks Al-Aqsha. Sisanya (2 menara) kokoh bertahta di dalam kompleks Al-Aqsha. Terdapat banyak sumber air. Adalah sebuah tradisi, orang yang meninggal mewakafkan sumber air untuk kepentingan orang yang masih hidup.

Kompleks Al Aqsha dikelilingi tembok sebagai pembatas dan pengaman. Pagar bagian barat sepanjang 461 m, bagian timur 462 m, bagian utara 310 m, dan bagian selatan 281 m. Batas berbentuk pagar ini tidak mengalami perluasan atau pengurangan sejak masjid ini ‘diletakkan’ pertama kali dan digunakan shalat untuk pertama kalinya. Di dalamnya terdapat banyak pohon zaitun

Tembok yang paling menjadi kontroversi adalah Tembok Al-Buraq. Letaknya di arah Barat Daya. Bagian ini menjadi rebutan antara kaum Muslimin dan kelompok Yahudi. Bagi kaum Muslimin, nama tembok ini mencerminkan peristiwa Isra' Mi'raj, tempat Rasulullah menambatkan Buraq. Sementara bagi orang-orang Yahudi, tembok ini disebut Tembok Ratapan, tembok suci untuk mereka.

Di pusat kompleks Kuil Sulaiman, terdapat Foundation Stone yaitu batu landasan yang dipercaya umat Yahudi sebagai tempat Yahweh menciptakan alam semesta dan tempat Abraham mengorbankan Isaac. Bagi umat Islam batu ini adalah tempat Nabi Muhammad menjejakkan kakinya untuk Mi’raj ke sidratul muntaha. Untuk melindungi batu ini, Khalifah Abd Al Malik Ibn Marwan membangun kubah dan masjid polygon, yang kemudian terkenal dengan nama Dome of The Rock (Kubah batu).

Semua kompleks Masjid Al-Aqsha tidak dibangun pada waktu yang bersamaan, tapi secara bertahap. Pembangunan kembali kompleks Masjid Al-Aqsa dimulai 6 tahun setelah Nabi wafat oleh Umar Bin Khattab. Beliau menginginkan untuk dibangun sebuah masjid di selatan Foundation Stone (membelakangi Foundation Stone, menghadap selatan/Mekkah). Pembangunan tersebut dilakukan oleh Khalifah Ummayah Abd Al Malik Ibn Marwan dan diselesaikan oleh anaknya Al Walid 68 tahun setelah Nabi wafat dengan diberi nama Masjid Al Aqsha.

1 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.