Jumat, November 05, 2010

KUNJUNGAN TEMAN YANG BURUK (END)

Ummu Dalia :” izinkan saya menanyakan kepadamu satu pertanyaan.”

Ummu Mahmud :” apa itu silakan.”

Ummu Dalia :” apakah kecemburuan telah diangkat dari hatimu ? bagaimana kamu menerima wanita lain, bisa jadi ia lebih cantikdarimu ? atau suamimu lebih mencintainya darimu ?
Ummu Mahmud :” sejujurnya seperti wanita lain rasa cemburu menghantuiku. Akan tetapi, saya teringat istri istri rasulullah dahulu mereka juga cemburu. Walaupun demikian, syariat tidak dihentikan karena kecemburuan. Dan RAsulullah tidak melarang sahabat sahabat melakukan ta’addud. Saya tidak lebih utama dari mereka, bahkan saya jauh lebih rendah dari mereka. Saya memohon kepada Allah semoga IA menguatkan imanku.

Ummu Dalia :” Kecemburuan merusak hubungan diantara para wanita. Selanjutnya, wanita mewariskan permusuhan ini kepada anak2nya.kemudian tumbuhlah anak2 yang saling membenci.

Ummu Mahmud ,” apabila permasalahnya adalah kecemburuan,kecemburuan ini juga muncul diantara saudara sekandung; diantara laki laki dan ibunya ; dan diantara laki laki dan bapaknya, jadi, masalah kecemburuan itu sifatnya relative tidak patut kita fanatik karena masalah ini. Lalu mencampakan maslahat yang lebih besar karenanya. Istri istri Rasulullah sebagaimana telah kukatakan kepadamu tadi, mereka juga cemburu. Akan tetapi, Nabi tidak melarang sahabat untuk berta’addud. Dan tidak menghentikan persyareatan karena kecemburuan. Sebagaimana yang saya katakana bahwa kcemburuan membatasi dari ta’addud, akan tetapi dihadapannya ada maslahat yang lebih besar seperti menjaga kesucian wanita yang tidak memiliki suami dan memperbanyak keturunan kaum muslimin untuk menghadapi musuh musuh kita. Musuh musuh kita memberikan harta yang banyak kepada kita untuk pembatasan keturunan dengan dalih kemiskinan dan kurangnya sumber hidup, padahal mereka terus memperbanyak keturunan. Semua maslahah ini dihadapan kecemburuan wanita tidak sebanding sama sekali.

Ummu Dalia :” suamimu meninggalkanmu dan anak anakmu semalaman dan pergi ke istri yang lain ? bagaimana kalau ia beristri empat. Ia akan meninggalkanmu dan anak2mu tiga malam dan ini merupakan penyia nyiaan terhadap anak.

Ummu Mahmud :” Pertama, ta’addud tidak menghalangi seorang suami untuk menjenguk seluruh istri istrinya dalam satu hari untuk memperhatikan maslahat mereka karena yang wajib atasnya adalah mabit (menginap). Adapu disiang hari ia bisa berbuat sesuai maslahat. Kedua, tersia sianya anak atau mengabaikan mereka adalah kaena beberapa sebab diantaranya :” jauh dari kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, sang ayah kecanduan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba, tidak mewujudkan keadilan dan tidak terpenuhinya syarat2nya serta ketidakmampuan suami dalam memberi nafkah, tempat tinggal dan lain lain. Ketidak mampuan tersebut dapat menimbulkan dampak negative terhadap anak2 serta tidak adanya pengawasan terhadap anak2.

Sehubungan dengan itu apabila tidak terpenuhi syarat syarat, ta’addud akan menjadi sia sia. Akan tetapi, perlu diingat juga bahwa didapati dimasyarakat anak anak yang diabaikan dan disia siakan bukan karena ta’addud yang dilakukan laki2. alhamdulillah, anak anak kami terdidik karena karunia Allah dengan didikan yang baik berdasarkan kitab dan sunnah nabi dan diatas sebaik baik keadaan.
Adapun mengenai masalah pembagian diantara istri istri dalam hal menginap pada malam yang bukan bagianku, dalam pandangan saya ta’addud membantu wanita agar lebih bisa berkonsentrasi untuk ibadah dan mengawasi anak2, memberi peluang baginya untuk menyiapkan diri untuk suaminya. Dan pembagiannya dengan menginap pada setiap malam dengan salah satu istrinya meringankan istri yang belum sampai jadwalnya dalam menginap dari beratnya beban berkhidmat kepada suami.

Ummu DAlia :” apakah perasaanmu terhadap suamimu berubah karena ta’addud ?”

Ummu Mahmud ,” Alhamdulillah tidak berubah. Bahkan, keterikatanku dengannya bertambah kuat. Sebagai dalilnya apa yang saya katakana kepadamu diawal pembicaraan bahwasannya saya pergi bersamanya untuk meminangkan istrinya yang kedua.”

Ummu Dalia ,” saya merasakan perubahan perasaanmu terhadap suamimu.”

Ummu Mahmud,” saya heran dengan apa yang kamu katakana, apakah kamu yang merasakan ataukah saya ? sebenarnya kami ingin saya mengatakan apa ? apakah kamu senang jika saya katakana bahwa saya membenci suamiku ? apakah kamu akan bahagia apabila aku katakana saya akan minta talak darinya ? apakah kamu akan bahagia jika aku mengatakan bahwa ta’addud haram ? saya berlindung kepada Allah dari perbuatan melampaui batas dan dari orang orang yang melakukannya, coba jelaskan apa yang kamu inginkan sebenarnya ?

Ummu Dalia ,” tidak ada, tidak ada.”

Ummu Mahmud ,” kamu telah banyak bertanya kepadaku,izinkan saya menanyakan satu pertanyaan kepadamu, apakah kamu beriman dengan Allah dan RAsul-Nya ?

Ummu Dalia .’ ya “

Ummu Mahmud ,” Apabila kamu beriman,kamu pasti mengikuti firman Allah dan perkataan RAsulullah dan kita semuanya adalah hamba Allah. Seorang hamba itu hanya patuh dan taat kepada tuannya. Jadi semboyan kaum muslimin adalah sami’na wa atha’na (albaqarah ; 285) sebaliknya, semboyan orang orang yang menyimpang adalah sami’na wa ‘ashaina (kami dengar dan kami menentang) (al-baqarah ;93)

Berhati hatilah terhadap hawa nafsu dan sikap tidak menerima perintah Allah yang telah mensyareatkan ta’addud. Hal itu adalah penentangan terhadap syareat Allah dan hokum-Nya, serta mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah. Dan kamu insya Allah kami kira berada diatas kebaikan.

Ummu Dalia ,” terus terang, saya takut akan satu hal

Ummu Mahmud,” apa itu ?”

Ummu Dalia ,” suamiku menikah lagi dengan wanita lain mencontoh suamimu karena suamimu adalah imam masjid dan suamiku shalat dibelakangnya serta mendengar perkataannya.
Ummu Mahmud,” apa yang mnghalanginya dari itu ? bukankah itu adalah hak yang telah diperbolehkan Allah untuknya ?”

Ummu dalia ,” sungguh, jika ia melakukan itu , saya pasti akan menyembelihnya ketika ia sedang tidur . aku akan memotong motongnya lalu aku masukkan kedalam karung seperti yang aku baca dikoran Koran dan aku dengar dari media massa.

Ummu Mahmud ,” Laa haula wa laa quwwata illa billah. Demi Allah tidak ada yang lebih merusak pemuda dan wanita wanita kita selain dari Koran, majalah dan media massa yang menyesatkan yang menanamkan diotak wanita wanita pemahaman yang keliru tentang ta’addud dan berusaha merusak salah satu syareat RAbbul ‘Alamin. “ … dan Allah akan memenangkan urusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (yusuf;21)

Ummu dalia ,” saya telah belajar banyak dari majalah-majalah ini karena ia menjelaskan kepadaku BAGAIMANA CARA MEMIMPIN DAN MENGUASAI SUAMIKU..MEMBUATNYA TIDAK MEMPUNYAI KATA KATA DIRUMAH. Saya berusaha sekuat kemampuanku agar saya tidak menyimpan sedikitpun dari harta agar ia tidak menikah lagi.

Ummu Mahmud , “Laa haula wa laa quwwata illa billah, apakah kamu tidak mengetahui bahwasannya Allah berfirman didalam alquran :” Laki laki pemimpin atas wanita… (an-nisaa;34)
Allah juga berfirman :” sesungguhnya orang orang yang mubazir adalah saudara saudara setan ….”(al-isra’ ; 27)

Perbuatanmu tersebut telah menyelisihi perintah Allah, akan tetapi, yang salah adalah SUAMIMU YANG MEMBIARKANMU MELAKUKAN PERBUATAN PERBUATAN SEPERTI ITU, DAN TELAH MEMBIASAKANMU ATAS KEPEMIMPINAN RUMAH TANGGA. Inna lilllahi wa innaa ilaihi raji’un. Semoga Allah memperbaikimu , menunjukimu, dan melapangkan dadamu untuk menerima syareat-Nya.

Selanjutnya Ummu dalia keluar dari rumah Ummu mahmud dengan kepalanya yang hampir meledak karena pemikiran2 yang bergulat dikepalanya serta prasangka2 yang saling tarik menarik. Dijalan ia kembali mengulang apa yang telah dikatakan ummu Mahmud sehingga ia sampai pada suatu ide untuk menjawab wanita wanita yang menantinya, bagaikan orang yang duduk diatas bara api, ia telahmenjanjikan mereka untuk mengubah pikiran Ummu Mahmud. Apa yang ia kerjakan sekarang ? ia telah kalah di hadapan Syareat Allah, dengan apa ia harus menjawab para wanita tersebut ?” apakah ia akan mengatakan kepada mereka :” Ummu mahmud berada diatas kebenaran dan saya berada diatas kebatilan ? bagaimana mungkin, sedangkan dia merasa sebagai pemimpin wanita wanita tersebut. Ia berpikir,kemudian mengira ngira dan berkata kepada wanita wanita yang menantinya :” Ummu mahmud sakit dan ia punya cacat. Oleh karena itu suaminya menikah lagi.” Ia menginginkan agar mereka memahami bahwa ta’addud adalah karena SAKIT, andaikata ia menyebutkan apa yang telah dikatakan Ummu mahmud tentang tafsir ayat bahwa hokum asal adalah ta’addud . syarat ta’addud adalah adil saja. Hal ini pasti lebih baik baginya. Ta’addud disyariatkan dengan kesanggupan berlaku adil saja, bukannya dengan syarat ISTRI SAKIT atau lain sebagainya.

Akan tetapi, Ummu Dalia tidak cukup dengan kebohongan kebohongan nya tentang Ummu Mahmud. Bahkan ia dengan sengaja membuat kedustaan untuk menyerang imam masjid (suami Ummu Mahmud). Ummu dalia mengatakan bahwa imam tersebut menikah lagi adalah untuk kepuasan, dan tidak ada pada dirinya kesetiaan terhadap istrinya. Serta isu isu lainya yang mudah padam. Allah telah menghinakannya :” ….. dan sesungguhnya Allah akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya….:” (AL-Hajj;40)

Saya dan kita semua memohon kepada Allah agar IA memberi petunjuk dan taufik untuk Ummu dalia dan seluruh wanita kaum Muslimin.

Wallahua'lam, semoga Allah mengampuni saya jika karena pengetahuan saya yang kurang luas sehingga saya menulis, berbuat dan berbicara salah lhamdulillahi Rabbil Alamin.

Bandung, In Memoriam
Saudariku ada yang mesti kita persiapkan , hati yang menerima, jiwa yang rela dan keikhlasan tuk berjuang bersama-sama dijalan Allah. Siapkah engkau saudariku ?

Tidak ada komentar: