Senin, Agustus 25, 2008

Seorang Lelaki dan Kisah seekor anjing

Lelaki itu terlihat kusut. beban permasalahn terasa berat untuk ditanggungnya. Pagi tadi ia harus uring uringan dengan istrinya. persoalan persoalan sepele sering memicu pertengkaran antar keduanya. Padahal, usia pernikahan mereka belumlah seumur jagung. Rumah baginya tidak lagi sebagai taman syurga, tetapi telah berubah menjadi ladang pernyiksaan yang menyempitkan jiwa. kepalanya terasa penat.
Pagi itu memutuskan untuk pergi dari rumah. Tak ada tujuan yang jelas dia mau kemana. ia hanya ingin pergi meninggalkan rumah. Dengan diam diam, tak ingin diketahui istrinya, lelaki itu pergi keluar. Ia hanya berjalan kaki. terus saja ia berjalan. sesekali muncul keinginan untuk menceraikan istrinya. namun, niatan itu urung ketika wajah anaknya melintas dikepala."Astaghfirullah!" dan ia terus berjalan.
ia baru menyadari kalau perjalanan yang ia tempuh telah terlalu jauh ketika adzan dzuhur dikumandangnkan. didepannya persis berdiri sebuah mesjid. Terik panas yang membakar tubuhnya tak mampu melelehkan beban pikirannya. Shalat dulu, pikirnya. mungkin air wudhu mampu memberikan kesegaran. Ia tergerak untuk berwudhu dan selanjutnya shalat dzuhur.
Setelah shalat lelaki itu beristirahat sejenak di serambi. sampai akhirnya ia berhasrat untuk menyampaikan segala beban pikirannya kepada Imam masjid yang tadi memimpin shalat berjamaah. Imam itu masih sangat muda, tetapi sorot matanya teduh. entah oleh dorongan apa, lelaki itu bercerita tentang beban pikirannya kepada sang imam.
"Mas, saya hanya ingin bertanya. kalau anda dikejar anjing, apa yang akan anda lakukan ?" tanya sang imam.
lelaki itu terdiam sejenak. ia belum mengetahui hubungan antara pertanyaan sang imam dengan persoalan yang membelit dirinya. namun, ia mencoba untuk menanggapi.
"saya akan lari," jawab nya singkat
"oo, begitu," kata sang imam." dengan lari anda yakin anjing itu akan berhenti mengejar anda ?"
"saya tidak yakin."
"kalau begitu apa yang akan anda lakukan ?" kembali sang imam bertanya
"saya akan ambil balok. saya akan pukul anjing itu
"dengan memukulnya anda yakin anjing itu akan berhenti mengejar anda ?" mendengar komentar sang imam, lelaki itu kembali terdiam, Ia lalu menggelengkan kepala."lalu ?" tanya sang imam
"ya sudah, saya akan balik menggonggonginya?" kata lelaki itu. Sang Imam tertawa . entah karena dorongan apa, lelaki itu mendadak turut tertawa.
"ha.. ha.. ha... anda yakin anjing itu akan berhenti mengejar anda !"
"saya akan berlari sambil berteriak,"Hei, siapa pemilik anjing ini ! tolong, anjingmu mengejarku!" jawab lelaki itu sambil masih tertawa. Sang imam mendadak terdiam. lelaki itu memandang sang imam dengan penuh pertanyaan.
"Yah ! tepat sekali, mas. jika masalah yang kau hadapi itu ibarat anjing. Maka, anda harus berlari kepada pemilik masalah," kata sang imam
"ALLAH ?" tanya si lelaki. sang imam hanya menganggukan kepala.

Renungan :
kehidupan rumah tangga tidak bisa lepas dari permasalah. kita lebih susah membayangkan bahwa kehidupan keluarga kita akan bertabur bunga sepanjang harinya.pada setiap lipatan hidup kita, pastilah akan dijumpai permasalahan. Setiap lautan yang diarungi oleh sebuah kapal, tidak selalu tenang airnya. saat saat tertentu akan ada gelombang yang menghempaskan. Ada orang yang merasa tersiksa dengan permasalahan yang menimpa keluarga. permasalahan menjadi bara yang meluluhlantakkan jalinan cinta sang kekasih. permasalahan telah berubah menjadi gempa yang meratakan bangunan cinta.
Ada juga orang yang melihat sebaliknya. setiap permasalahan dalam keluarga disikapinya sebagai angin yang menggiring layar perahu ke arah pantai tujuan. ketika permasalahan datang, cara pandangnya telah mengarahkannya untuk memperkukuh kebersamaan dengan sang kekasih. kebersamaan akan mempermudah kita untuk menjadikan permasalahan sebagai energi yang memberikan dorongan menuju kematangan diri dan keluarga.
Kebersamaan menjadikan setiap permasalah menjadi jauh lebih ringan. Disinilah kita menemukan keindahan cinta ; saat kita menghadapi derita secara bersama sama. Ketika Ali bin Abi Thalib menikah dengan Fatimah puteri Muhammad saw , kehidupan keluarga mereka berada dalam kesederhanaan dan kekurangan. Tapi lihatlah penuturan ikhlas mereka.
"Demi Allah, aku selalu menimba air dari sumur sehingga dadaku terasa sakit." kata Ali bin Abi Thalib kepada Fatimah. saat itu, fatima yang diajak bicara berkomentar ." Dan Aku, demi Allah, memutar penggiling hingga kedua tanganku melepuh."
Sodaraku..... Kebersamaan lahir dari sikap kita memandang masalah. tapi sikat itu lahir dari apa ? ia muncul dari balik bilik kesadaran kehambaan kita. Kesadaran kehambaan pada akhirnya melahirkan ketenangan. Dan inilah modal kita untuk mengurai setiap permasalahn menjadi energi pematangan ; ketenangan.
Dalam hal inilah sodaraku.... kita dapat menemukan pemahaman dari firman Allah :" Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS.Ar-Ra'd ; 28)
itulah sebabnya ketika ditimpa oleh permasalah hidup Nabi Ya'kub a.s segera membangun kesadaran kehambaan." sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya. (QS.Yusuf ; 86)

Kebersamaan dan ketenangan menjadi karang yang menghadang gulungan gelombang yang menerjang. menghadapi masalah dengan sudut pandang positif akan lebih mematangkan jalinan cinta dan mendewasakan kita dalam bersikap. seseorang sering memesankan kepada saya ," Anda bisa mengeluh karena mawar berduri, atau berbahagia dan takjub karena duri berbunga mawar ...... "

Wallahu'alam.... semoga Allah mengampuni saya jika karena pengetahuan saya yang kurang luas sehingga saya menulis, berbuat dan berbicara salah.







Tidak ada komentar: